Kedasyahatan Uwwae Bunge (Air Hidup)
Belakangan ini mulai ramai bisnis air minum dalam kemasan. Ada yang murni air pegunungan semisal Aqua, ada yang sekedar air ledeng yang melalui proses penyaringan, atu bahkan ada yang betul-betul air mentah tanpa penyaringan. Air minum itupu n tidak lagi sekedar menghilangkan rasa haus belaka tetapi telah dibumbuhi dengan kata mineral, vitamin atau berbagai macam istilah kimia yang menyedot simpati orang awam. Penyertaan embel-embel itu tidaklah tanpa dasar sama sekali. Hal itu telah melalui proses penelitian ilmiah dengan akurasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan terakhir ada bisnis jaringan yang getol mengkampanyekan air kesehatan untuk penyembuhan berbagai penyakit.
Air untuk penyembuhan yang dimaksud adalah air yang telah melalui proses penyaringan tertentu sehingga memungkinkan terjadinya komposisi molekul yang aktif pada air tersebut. Beda dengan air yang telah dimasak atau air yang melalui penyaringan yang kurang sempurna sehingga air tersebut menjadi mati. Air yang demikian itu jika diminum hanya akan menghilangkan rasa haus belaka tetapi tidak menyembuhkan. Bahkan mungkin dapat mengakibatkan timbulnya penyakit.
Metode pengobatan dengan terapi air ini misalnya telah dikembangkan oleh Oxy, Biodeen dll. Dasar yang paling kuat dari terapi ini adalah, tubuh manusia terdiri dari 70% air. Sehingga kunci utama segala jenis penyakit terletak pada cairan tubuh yang terdiri dari air tersebut.
Jauh sebelum ditemukannya penelitian yang rada-rada ilmiah tentang terapi air tersebut, orang-orang terdahulu telah mengembangkan metode pengobatan dengan terapi air. Dan yang unik dan agak relevan dengan hasil penelitian mutakhir, mereka tidak mau menggunakan air yang telah dimasak ataupun air yang telah dipergunakan untuk kepentingan lain. Air yang akan dijadikan sebagai penyembuh itu adalah air yang berasal dari mata air yang mengalir. Rasionalisasinya, sebagimana yang telah diulas terdahulu bahwa air hidup itu mengandung molekul yang aktif. Keaktifan air itu menyebabkan ia memiliki tenaga untuk menyembuhkan. Dengan kata lain molekul air yang tersusun aktif tersebut dapat mentransmisikan energi dari sang Tabib yang menggunakan medium air tersebut.
Perbedaan terapi air modern dengan terapi tradisional terletak pada transmisi energi yang dilakukan oleh Tabib ke medium air. Transmisi tersebut memberikan sugesti spiritual kepada pasien yang kelak menggunakannya. Penelitian mutakhir juga menemukan bahwa aspek sugesti spiritual lebih memiliki daya penyembuh sekian persen dibandingkan dengan obat yang sesungguhnya. Terapi modern meletakkan sugestinya kepada penjelasan rasional dari setiap produk yang mereka pasarkan. Makanya terapi penyembuhan air yang berbentuk multi level selalu mementingkan pertemuan-pertemuan di mana didalamnya dilaksanakan motivasi untuk mendongkrak semangat anggotanya. Sehingga dengan demikian, baik terapi air tradisional maupun yang modern masing-masing mensyaratkan dua hal; pertama, air tersebut adalah air hidup (uwwae Bunge) dan yang kedua, transmisi energi baik melalui sugesti spiritual jampi-jampi maupun sugesti system penjelas rasional.
Tetapi keduanya berbeda dari segi epistemologis maupun kepentingan ideologis dibaliknya. Terapi tradisional tentu tidak sembarang orang yang bias melakukannya karena hal itu membutuhkan adanya transmisi spiritual. Sedangkan untuk membangkitkan energi spiritual seseorang harus melalui riadhah tertentu. Latihan spiritual itu baik berupa dzikir maupun penyucian diri. Dengan persyaratan yang sedemikian ini seseorang akan menjalani system hidup yang betul-betul terkontrol secara akhlaki. Karena transmisi spiritual mensyaratkan adanya keselarasan dengan syariat.
Perbedaan yang mencolok lainya adalah kentalnya kepentingan bisnis dalam terapi air modern. Seolah-olah segala masalah kesehatan akan selesai dengan terapi air. Sehingga konsumen diiming-imingi dengan janji kesehatan yang lebih baik dengan menjalani terapi itu. Hal ini mengakibatkan terapi air modern bersifat elitis, yakni hanya bias dijangkau oleh kalangan berduit atau orang-orang miskin yang memaksa diri untuk menggunakannya dengan iming-iming menggiurkan. Pertanyaannya kemuadian adalah, kalau ada terapi yang lebih murah kenapa harus yang lebih mahal ? Kalau ada terapi yang mengikusertakan perbaikan spiritual kenapa harus yang semata-mata bisnis ? Dan kalau ada terapi yang telah diwariskan nenek moyang kita yang belakangan telah terbukti ilmiah, kenapa mesti ikut-ikutan ?
Monday, November 27, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment